Jumat, 09 Mei 2014

KONSELING KELOMPOK TEKNIK KURSI KOSONG (EMPTY CHAIR)

            Kursi kosong merupakan salah satu teknik terapi gestalt yang paling terkenal dan banyak di gunakan. Teknik kursi kosong merupakan salah satu permainan peran. Teknik kursi kosong mengacu pada teori Gesalt yang memandang positif pada manusia yaitu : bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu dan manusia adalah mahluk yang mempunyai kemampuan untuk mengurus diri sendiri. Atas dasar inilah terapi Gesalt bertujuan untuk membantu orang agar mampu mengembangkan dirinya sendiri, mencapai kematangan dan bertanggung jawab terhadap dirinya.
      Teknik kursi kosong merupakan teknik yang digunakan untuk mengajak klien agar dapat mengungkapkan perasaan yang terpendam dalam dirinya melalui proyeksi dengan permainan peran. Pada dasarnya teknik ini adalah teknik bermain peran yang keseluruhan perannya dilakukan oleh satu orang. Melalui teknik ini diharapkan proyeksi pada permainan peran dapat dimunculkan ke permukaan sehingga klien bisa mengalami konflik lebih penuh.
            Teknik ini akan menyuarakan pengalaman klien dan sebagai salah satu cara untuk memahami dan memiliki kualitas dari diri klien yang selama ini dilingkarinya. Sebagai sebuah eksperimen teknik kursi kosong sebagai sarana untuk memperkuat eksperimentasi dan menaruh perhatian yang besar pada pemisahan dalam fungsi kepribadian. Yang paling utama dari pemisahannya itu adalah antara Top dog dan Under dog yang difokuskan pada pertentangan keduanya.
            Tujuan dari kursi kosong adalah :
a.  Sebagai alat untuk membantu klien agar memperoleh kesadaran secara penuh dalam menginternalisasikan konflik yang ada pada dirinya.
b.  Untuk mengeksplorasikan dan memperkuat konflik atau menyadarkan klien pada situasi top dog dan under dog dalam diri klien.
c.  Untuk melakukan pemahaman terhadap urusan-uruasan klien yang belum selesai dimasa lampau yang membebani klien sehingga sangat berpengaruh terhadap perkembangan klien selanjutnya.
d.  Mengusahakan fungsi yang terpadu dan penerimaan atas aspek kepribadian yang coba di ingkari oleh klien.
e.    Mendorong klien agar bisa belajar dan melakukan penerimaan terhadap kehidupan yang berpolaritas.
            Adapun manfaat dari teknik kursi kosong adalah sebagai berikut :
a.    Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan sikapnya.
b.   Menyadarkan klien untuk melihat kenyataan bahwa perasaan itu merupakan bagian dari dirinya yang tidak bisa diingkari olehnya.
c.    Membantu klien agar bisa mengerti perasaan dan sisi lain dari dirinya sendiri yang dilingkarinya.
d.   Membantu klien untuk mengungkapkan perasaan yang bertentangan dengan dirinya sepenuh hati.

Untuk melihat lebih jelas mengenai teknik kursi kosong (empty chair)
dapat melihat pada video di bawah ini :


Kamis, 08 Mei 2014

TEORI KOGNITIF SOSIAL ALBERT BANDURA




           Teori merupakan salah satu unsur penting dari setiap pengetahuan ilmiah atau ilmu, termasuk teori pembelajaran. Tanpa teori pembelajaran tidak akan ada suatu kerangka kerja konseptual yang digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan pembelajaran. Teori pembelajaran adalah suatu kerangka kerja konseptual yang digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan pembelajaran. Dalam perkembangannya terdapat banyak sekali teori-teori yang berkembang dari tokoh-tokoh psikologi, salah satunya adalah teori Kognitif Sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Albert Albert Bandura dengan teori Kognitif Sosial (Social Learning Teory), menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Teori kognitif sosial (social cognitive theory) menyatakan bahwa proses kognitif sangat penting dalam penentuan perilaku manusia. Bukti adanya pengaruh proses kognitif ini berasal dari fakta bahwa kita dapat membayangkan (imagine) diri kita dalam keadaan emosi apa saja.
            Untuk lebih jelasnya mengenai teori kognitif sosial Albert Bandura klik DISINI

Kamis, 01 Mei 2014

PETA KOGNITIF MODEL KONSELING PSIKOANALISA

            Psikoanalisis berorientasi untuk berusaha  membantu  individu untuk mengatasi ketegangan psikis  yang bersumber  pada  rasa  cemas dan rasa terancam yang berlebih-lebihan  (anxiety). Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Perhatiannya tertuju kearah bidang motivasi, emosi, konflik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Psikoanalisa dahulu lahir bukan dari psikologi melainkan dari kedokteran, yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Teori konseling psikoanalisa dikembangkan oleh seorang neurology dari Wina, Sigmund Freud, pada awal tahun 1890-an. Istilah psikoanalisa mulai diperkenalkan oleh Freud pada tahun 1896 dari hasil  kerjanya sejak tahun 1895 hingga 1899 dalam menganalisis impian dan fantasinya sendiri. Hasil karya yang paling terkenal dari Freud adalah konstruknya tentang tiga struktur kepribadian, yakni id, ego, dan superego.
Sumbangan utama dan bersejarah dari praktek teori psikoanalisa mencakup kehidupan mental individu menjadi lebih bisa dipahami, tingkah laku manusia diketahui ditentukan oleh faktor tidak sadar, perkembangan masa kanak-kanak berpengaruh pada kepribadian masa dewasa, serta teori psikoanalisa dapat digunakan untuk terapi konseling dengan memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis mimpi, asosiasi bebas, analisis resistensi, analisis transferensi dan teknik-teknik lainnya. 
Untuk Lebih jelasnya dapat dilihat DISINI

PETA KOGNITIF MODEL KONSELING EKSISTENSIAL HUMANISTIK

Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Teori ini berfokus pada diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Pendekatan Eksisteneial-Humanistik dalam konseling menggunakan sistem tehnik-tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan ini memberikan kontribusi yang besar dalam bidang psikologi, yakni tentang penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap manusia yang lain dalam proses teurapeutik. Terapi eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia dan menekankan kesadaran diri sebelum bertindak. Kesadaran diri berkembang sejak bayi. Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan masing-masing individu. Berfokus pada saat sekarang dan akan menjadi apa seseorang itu, yang berarti memiliki orientasi ke masa depan. Maka dari itu, akan lebih meningkatkan kebebasan konseling dalam mengambil keputusan serta bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat DISINI

PETA KOGNITIF MODEL KONSELING BEHAVIORISTIK

Teori behaviorisme merupakan salah satu bidang kajian psikologi eksperimental yang kemudian diadopsi oleh dunia pendidikan. Meskipun dikemudian hari muncul berbagai aliran baru sebagai reaksi terhadap behaviorisme, namun harus diakui bahwa teori ini telah mendominasi argumentasi tentang fenomena belajar manusia hingga penghujung abad 20.
Behavioristik merupakan aliran psikologi yang didirikan oleh John.B.Watson pada tahun 1913. Behavioristik juga merupakan aliran yang revolusioner, kuat dan berpengaruh.Model konseling behaviorostik dikembangkan berdasarkan penelitian eksperimen mengenai teori belajar. Sejumlah teori belajar yang termasuk ke dalam teori behavioristik adalah teori Koneksionisme dari Thorndike,Teori Klasik,Kondisioning dari Ivan Pavlov dan Operan Kondisioning dari Skinner.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat DISINI

Selasa, 18 Maret 2014

KONSELING DAN PSIKOTERAPI

MAKALAH KONSELING DAN PSIKOTERAPI

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
                Pada zaman yang semakin berkembang ini, sering dihadapkan kepada individu dengan persoalan-persoalan rumit dan sukar untuk dipecahkan. Seorang individu dalam proses perkembangannya akan melewati tahap-tahap baik itu dari ukuran fisik atau non-fisik. Masa melewati tahap-tahap ini terkadang menjadi sebuah problem untuk sebagian individu. Oleh karenanya mereka membutuhkan bantuan agar dapat lebih memahami dan memecahkan problem tersebut. Maka muncul sebuah solusi yang kemudian akan sedikit memberikan bantuan berupa pemberian informasi-informasi kepada individu yang mengalami problem-problem tersebut.
                Dalam dunia psikologi, dikenal istilah "konseling" dan "psikoterapi" sebagai bentuk aktifitas pemberian bantuan psikologis kepada seorang individu yang memerlukannya. Dalam prakteknya, istilah "konseling" sendiri tidak bisa dilepaskan dengan istilah "psikoterapi". Jika dilihat eksistensinya, konseling merupakan salah satu bantuan profesional yang sejajar dengan, misalnya, psikiatris, psikoterapi, kedokteran, dan penyuluhan sosial.
                Terdapat banyak persamaan dan perbedaan antara konseling dan psikoterapi. Sehingga, konseling dan psikoterapi tidak dapat dibedakan secara jelas. Konselor sering kali mempraktikan sesuatu yang dipandang sebagai psikoterapi oleh psikoterapis. Demikian juga, psikoterapis sering sekali mempraktikan sesuatu yang dipandang sebagai konseling oleh konselor. Meskipun demikian, kedua bidang ini tetap berbeda.
                Dengan demikian, walaupun pada dasarnya antara konseling dan psikoterapi tentunya memiliki karakteristik, intensitas dan teknik yang berbeda dalam menangani problem-problem individu tetapi antara konseling dan psikoterapi memiliki kesamaan dan keterkaitan yang sangat erat sebagai bagian dari aktifitas pemberian bantuan psikologis kepada seorang klien (individu).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.       Apa yang dimaksud konseling dan psikoterapi?
2.       Bagaimana persamaan dan perbedaan antara konseling dengan psikoterapi?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.       Untuk mengetahui yang dimaksud konseling dan psikoterapi.
2.       Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara konseling dengan psikoterapi.

1.4 MANFAAT PENULISAN
1.       Untuk memberikan informasi mengenai konseling dan psikoterapi.
2.  Untuk memberikan informasi mengenai persamaan dan perbedaan antara konseling dengan psikoterapi.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSELING
A. Definisi Konseling
                Konseling secara etimologi, berasal dari bahasa latin, yaitu consilium (dengan atau bersama), yang dirangkai dengan menerima atau memahami. Dalam bahasa Anglo saxon, istilah konseling berasal dari sellan, yang berarti menyerahkan atau menyampaikan.
                Selain itu, Konseling memiliki banyak definisi yang dijumpai dalam berbagai literatur, antara lain :
1.    Tolbert, (dalam Prayitno 2004 : 101) : Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
2.    Edwin C. Lewis (1970)  (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996:9) : Konseling adalah suatu proses dimana orang yang bermasalah (klien) dibantu secara pribadi untuk merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkinkannya berhubungan secara lebih efektif dengan dirinya dan lingkungannya.
3.    Palmer dan McMahon (2000) yang dikutip oleh Mc leod (2004) : Konseling bukan hanya proses pembelajaran individu akan tetapi juga merupakan aktifitas sosial yang memiliki makna sosial. Orang sering kali menggunakan jasa konseling ketika berada di titik transisi, seperti dari anak menjadi orang dewasa, menikah ke perceraian, keinginan untuk berobat dan lain-lain. Konseling juga merupakan persetujuan kultural dalam artian cara untuk menumbuhkan kemampuan beradaptasi dengan institusi sosial.
4.    Pietrofesa, Leonard dan Hoose (1978) yang dikutip oleh Mappiare (2004) : Konseling merupakan suatu proses dengan adanya seseorang yang dipersiapkan secara profesional untuk membantu orang lain dalam pemahaman diri pembuatan keputusan dan pemecahan masalah dari hati ke hati antar manusia dan hasilnya tergantung pada kualitas hubungan.

B. Ciri-ciri Pokok Konseling
a.     Konseling menuntut dilaksanakannya oleh seorang konselor yang profesional, kompeten dalam menangani konflik-konflik, kecemasan-kecemasanatau masalah yang berkaitan dengan keputusan-keputusan pribadi, sosial, karier dan pendidikan serta ciri-ciri pribadi yang akan memungkinkannya memahani proses-proses psikologi dan dinamika perilaku pada diri klien dan konselor, maupun hubungan antar keduanya.
b.    Konseling melibatkan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung maupun tidak langsung mengemukakan dan memperhatikan dengan seksama isi pembicaraan, gerakan-gerakan isyarat, pandangan mata dan gerakan-gerakan lain dengan maksud meningkatkan pemahaman kedua belah pihak yang terlibat dalam interaksi itu.
c.     Model interaksi dalam konseling tidak terbatas dalam dimensi  verbal saja tetapi juga telah dikembangkan model interaksi konseling non verbal.
d.    Interaksi antar konselor dan klien berlangsung dalam waktu yang relative lama dan terarah pada pencapaian tujuan.
e.     Tujuan dari proses konseling adalah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien.
f.      Konseling merupakan proses yang dinamis.
g.     Konseling didasari atas penerimaan konselor secara wajar tentang diri klien.

C. Tujuan Konseling
Selain tujuan konseling yang tercantum dalam prinsip konseling diatas, ada beberapa ahli yang mengemukakan tujuan konseling, antara lain :
1.    Menurut Willis, konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang membutuhkannya, agar berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah. Menurutnya, dalam era global dan pembangunan saat ini, konseling bukan saja bersifat klinis-psikologis, tapi harus lebih menekankan pada pengembangan potensi individu yang terkandung didalam dirinya, baik intelektual, afektif, sosial, emosional, dan religius; menjadikannya sebagai individu yang akan berkembang dengan nuansa yang lebih bermakna, harmonis, sosial, dan bermanfaat. Dengan demikian, ada perubahan konsepsional antara pengertian konseling lama dengan konseling baru, dimana konseling bukan saja bersifat klinis, tapi juga bersifat preventif dan pengembangan individu.
2.    Menurut Prof. Rosjidan, ada tiga kategori yang bisa dicatat dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan sebuah konseling. Tujuan khusus ini meliputi :
·      Merubah tingkah laku yang terganggu
·      Mempelajari tingkah laku yang terganggu,
·      Mencegah problem-problem.
3.    Corey (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996) mengelompokan tujuan-tujuan konseling menjadi :
·      Reorganisasi kepribadian
·      Menemukan makna dalam hidup
·      Penyembuhan ganguan emosional
·      Penyesuaian terhadap masyarakat
·      Pencapaian aktualisasi (perwujudan) diri
·      Peredaan kecemasan
·      Penghapusan perilaku maladaptif (sulit untuk menyesuaikan diri)
·      Belajar pola-pola perilaku adaptif
4.    Shertzer dan stone (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996) membuat pengelompokan yang lebih sederhana mengenai tujuan konseling, meliputi :
·      Perubahan Perilaku
·      Kesehatan mental yang positif
·      Pemecahan masalah
·      Keefektifan pribadi
·      Pengambilan keputusan

D. Tahap-Tahap Konseling
Keberhasilan konseling banyak ditentukan oleh keefektifan konselor dalam menggunakan berbagai teknik. Dalam pelaksanaannya, secara umum, teknik konseling meliputi :
·      Penggunaan hubungan intim (rapport);
·      Memperbaiki pemahaman diri;
·      Pemberian nasehat dan perencanaan program kegiatan;
·      Menunjukkan kepada petugas lain atau referal bila dirasa tidak mampu menangani masalah klien .
                Sedangkan menurut Willis, teknik konseling meliputi :
·      Perilaku attending : mencakup kontak mata, bahasa badan, dan bahasa lisan.
·      Empati : merasakan apa yang dirasakan klien.
·      Refleksi : memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran dan pengalaman klie sebagai hasil pengamatan.
·      Eksplorasi : menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien.
·      Menangkap pesan utama tentang perasaan, pengalaman, atau pikiran klien dan disampaikan kembali kepada klien.
·      Bertanya untuk membuka percakapan
·      Bertanya tertutup melalui sebuah pernyataan yang membutuhkan tanggapan.
·      Dorongan minimal : upaya konselor secara halus agar klien tetap terlibat dalam hubungan yang komunikatif.
·      Interpretasi perasaan, pengalaman, atau pikiran klien berdasarkan teori-teori yang ada.
·      Mengarahkan agar klien tetap dalam situasi dan hubungan komunikasi yang ideal.
·      Menyimpulkan sementara secara periodik agar tahapan-tahapan bisa berkesinambungan.
·      Memimpin arah pembicaraan.
·      Fokus pada permasalahan.
·      Konfrontasi : kemampuan konselor untuk bisa mengungkapkan adanya inkonsistensi dalam diri klien.
·      Menjernihkan ucapan klien yang samar-samar.
·      Memudahkan berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan dengan baik.
·      Diam sebagai variasi komunikasi guna menumbuhkan pemusatan perhatian dan penekanan.
·      Mengambil inisiatif untuk bisa membuka, mencairkan, mendorong terciptanya komunikasi yang mandeg.
·      Memberi nasehat dengan mempertimbangkan aspek kemandirian klien.
·      Pemberian informasi kemandirian klien untuk mencari informasi sendiri.
·      Merencanakan dengan cara membantu klien menyusun program untuk action.
·      Membantu klien menyimpulkan hasil sebuah pertemuan. 
                 Hubungan antara konselor dan klien merupakan inti proses konseling oleh karena itu para konselor hendaknya menguasai berbagai teknik dalam menciptakan hubungan. Untuk melakukan konseling, tentunya ada serangkaian tahap-tahap yang harus dilakuakan, hal ini akan mempermudah konselor dalam menggali permasalahan klien guna terselesaikannya masalah klien. Tahap-tahap tersebut antara lain :
1.    Teknik Pembukaan (Pengantaran/ introdaktion)
Yaitu usaha konselor untuk mengantarkan klien dalam memasuki proses konseling. Dalam teknik pembukaan ini konselor memberikan penjelasan kepada klien tentang konseling, tujuan, asas-asas, manfaat serta hal lain yang berhubungan dengan proses konseling.
2.    Teknik hubungan Refleksi
Refleksi perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang esensial (perlu). Refleksi ini merupakan teknik penengah yang bermanfaat untuk digunakan setelah hubungan permulaan dibuat dan sebelum pemberian informasi dan tahap interpretasi dimulai. Perasaan-perasaan yang diekspresikan dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu yang positif, negative, dan ambivalen. Refleksi perasaan akan mengalami kesulitan jika :
·      Stereotip dari konselor
·      Konselor tidak dapat mengatur waktu
·      Konselor tidak tepat memilih perasaan
·      Konselor tidak mengetahui isi perasaan yang direfleksikan
·      Konselor tidak dapat menemukan ke dalam perasaan
·      Konselor menambah arti perasaan
Manfaat refleksi perasaan dalam proses konseling antara lain :
·      Membantu individu untuk merasa dipahami secara mendalam
·      Klien merasa bahwa perasaan menyebabkan tingkah laku
·      Memusatkan evaluasi pada klien
·      Member kekuatan untuk memilih
·      Memperjelas cara berfikir klien
·      Menguji kedalaman motif-motif klien
3.    Teknik Penerimaan dan Penstrukturan
Teknik penerimaan merupakan cara bagaimana konselor melakukan tindakan agar klien merasa diterima dalam proses konseling. Dalam teknik penerimaan, ada tiga unsur yaitu : 1) ekspresi air muka, 2) tekanan suara, 3) jarak dan perawakan.
            Teknik penstrukturan (structuring) adalah proses menetapkan batasan oleh konselor tentang hakekat, batasan-batasan dan tujuan proses konseling pada umumnya, dan hubungan tertentu pada khususnya. Struktur konseling mempunyai dua unsur yaitu, 1. unsur implisit, dimana peranan konselor yang secara umum diketahui klien, dan 2. struktur yng formal berupa pernyataan konselor untuk menjelaskan dan membatasi proses konseling.
            Dengan demikian structuring merupakan teknik merumuskan batasan dan potensialitas konseling. Berdasarkan pembatasan dan potensi proses konseling ada lima macam struktur, yaitu :
·      Batas-batas waktu baik dalam satu individu maupun seluruh proses konseling
·      Batas-batas tindakan baik konselor maupun klien
·      Batas-batas peranan konselor
·      Batas-batas proses atau prosedur
·      Structuring dalam nilai proses
4.    Teknik Mendengarkan
Mendengarkan secara aktif dan tepat sangat penting dan merupakan dasar bagi selama wawancara berlangsung, lebih-lebih pada saat permulaan ketika konselor biasanya mengambil bagian secara verbal. Kegiatan ini menghendaki agar konselor lebih banyak diam dan menggunakan semua indranya untuk menangkap semua pesan. Dengan  telinganya konselor mendengarkan kata-kata yang diucapkan dan tekanan suara dari klien. Dengan pikirannnya konselor menanghkap isi pesan yang disampaikan, dan dengan matanya konselor mengamati bahasa badani dalam sikap duduk, gerak gerik, isyarat dan sebaginya yang ditampilkan oleh klien. Konselor berusaha secara benar-benar tepat penyesuaian dirinya dengan diri orang lain, memusatkan diri pada orang lain, dan menjadikan pesan-pesan yang datang dari orang lain itu sebagai suatau yang sangat penting.   
5.    Teknik Mengarahkan
Di sini konselor lebih berinisiatif dari pada klien. Dengan memberikan pengarahan, secara tidak langsung konselor mengetahui apa yang harus dilakukan. Pemberian pengarahan hanya dilakukan bila mana konselor benar-benar telah memahami keadaan dan kebutuhan klien. Nilai dari upaya pemberian pengarahan tidaklah mudah, konselor harus menentukan kapan cara ini tepat dilakukan, dan cara mana yang sebaiknya dipakai.
Penggunaan pengarahan yang terlalu cepat atau terlalu sering terhadap klien yang enggan malah dapat mengakibatkan timbulnya suasana tidak tenang atau menjengkelkan pada diri klien karena konselor tampak kurang peka terhadap suasana kejiwaan klien.
6.    Teknik mengakhiri proses konseling
                Mengakhiri wawancara, dapat dilakukan dengan cara :
·      Mengatakan bahwa waktu sudah habis
·      Merangkum isi pembicaraan
·      Merangkum adalah proses menyatukan semua yang dikomunikasikan selama proses konseling dengan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien.
·      Menunjukan pada pertemuan yang akan datang dengan menanyakan “apa yang akan anda lakukan?”.
·      Membuat catatan singkat.
·      Membuat catatan merupakan usaha sederhana tetapi sangat penting karena kegiatan ini mempunyai andil yang sangat besar dalam rencana pengubahan tingkah laku yang perlu dirubah.
·      Memberikan tugas-tugas tertentu
·      Mendoakan klien semoga tetap bahagia
·      Berdiri
·      Perpisahan dengan berjabatan tangan.

2.2 PSIKOTERAPI
A. Definisi Psikoterapi
                Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.
                Sedangkan definisi umum psikoterapi yaitu serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang. Psikoterapi merupakan suatu interaksi sistematis antara pasien dengan terapis yang menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan pasien agar membantu pasien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu. 
Selain definisi diatas, ada berbagai definisi psikoterapi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya :
1.    Hariyanto (2010) : Psikoterapi adalah proses difokuskan untuk membantu Anda menyembuhkan dan konstruktif belajar lebih banyak bagaimana cara untuk menangani masalah atau isu-isu dalam kehidupan Anda. Hal ini juga dapat menjadi proses yang mendukung ketika akan melalui periode yang sulit atau stres meningkat, seperti memulai karier baru atau akan mengalami perceraian.
2.    Wolberg (1954) : psikoterapi adalah suatu bentuk dari perawatan (treatment) terhadap masalah-masalah yang dasarnya emosi, dimana seseorang yang terlatih dengan seksama membentuk hubungan profesional dengan pasien dengan tujuan memindahkan, mengubah atau mencegah munculnya gejala dan menjadi perantara untuk menghilangkan pola-pola perilaku yang terhambat.
3.    Whitaker dan Malone (1953) : psikoterapi adalah semua upaya untuk mempercepat pertumbuhan manusia sebagai pribadi
4.    Oxford English Dictionary : perkataan psychotherapy tidak tercantum, tetapi ada perkataan "psychotherapeutic" yang diartikan sebagai perawatan terhadap sesuatu penyakit dengan mempergunakan teknis psikologis untuk melakukan intervensi psikis.
Dengan demikian perawatan menggunakan teknik psikoterapi adalah perawatan yang secara umum menggunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologis terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian.

B. Ciri-ciri Pokok Psikoterapi
Ada tiga ciri utama psikoterapi, antara lain:
1.         Dari segi proses :  berupa interaksi antara dua pihak, formal, profesional, legal dan menganut kode etik psikoterapi.
2.         Dari segi tujuan : untuk mengubah kondisi psikologis seseorang, mengatasi masalah psikologis atau meningkatkan potensi psikologis yang sudah ada (afektif, kognitif, perilaku/kebiasaan).
3.         Dari segi tindakan : seorang psikoterapis melakukan tindakan terapi berdasarkan ilmu psikologi modern yang sudah teruji efektivitasnya (data yang diperoleh melalui proses assessment-wawancara, observasi, tes, dsb). 
Selain itu, dari beberapa definisi yang ada dapat dikemukakan ciri-ciri psikoterapi, antara lain:
1.       Interaksi Sistematis
Psikoterapi adalah suatu proses yang menggunakan suatu interaksi antara kline dan terapis. Kata sistematis di sini berarti terapis menyusun interaksi-interaksi dengan suatu rencana dan tujuan khusus yang menggambarkan segi pandangan teoritis terapis.
2.       Prinsip-prinsip Psikologis
Psikoterapis menggunakan prinsip-prinsip penelitian, dan teori-teori psikologis serta menyusun interaksi teraupetik.
3.       Tingkah Laku, Pikiran dan Perasaan
Psikoterapi memusatkan perhatian untuk membantu pasien mengadakan perubahan-perubahan behavioral, kognitif dan emosional serta membantunya supaya menjalani kehidupan yang lebih penuh perasaan. Psikoterapi mungkin diarahkan pada salah satu atau semua ciri dari fungsi psikologis ini.
4.       Tingkah Laku Abnormal, Memecahkan Masalah, dan Pertumbuhan Pribadi
Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok klien yang dibantu oleh psikoterapi. Kelompok pertama adalah orang-orang yang mengalami masalah-masalah tingkah laku yang abnormal, seperti gangguan suasana hati, gangguan penyesuaian diri, gangguan kecemasan atau skizofrenia. Kelompok kedua adalah orang-orang yang meminta bantuan untuk menangani hubungan-hubungan yang bermasalah atau menangani masalah-masalah pribadi yang tidak cukup berat dianggap abnormal, seperti perasaan malu atau bingung mengenai pilihan-pilihan karir. Kelompok ketiga  adalah orang-orang yang mencari psikoterapi karena psikoterapi dianggap sebagai sarana untuk memperoleh petumbuhan pribadi. Bagi mereka, psikoterapi adalah sarana untuk penemuan diri dan peningkatan kesadaran yang akan membantu mereka untuk mencapai potensi yang penuh sebagai manusia.
5.       Psikoterapi membutuhkan interaksi-interaksi verbal. Bagaimanapun juga, psikoterapi adalah bentuk-bentuk interaksi antara klien yang melibatkan pembicaraan. Terapis mendengar dengan teliti apa yang dialami dan diusahakan oleh pasien untuk disampaikan oleh psikoterapis. Psikoterapi juga melibatkan komunikasi-komunikasi nonverbal. Seorang terapis yang terampil, seharusnya peka terhadap isyarat-isyarat nonverbal dari pasien dan peka terhadap gerak isyarat yang mungkin menunjukkan perasaan-perasaan atau konflik-konflik yang mendasar. Terapis juga harus menyampaikan empati melalui kata-kata dan juga gerak isyarat nonverbal, seperti mengadakan kontak mata dan bersandar kedepan (kursi) untuk menunjukkan perhatian terhadap apa yang dikatakan klien.

C. Tujuan Psikoterapi
a.       Memperkuat motivasi untuk melakukan hal-hal yang benar.
Tujuan ini biasanya dilakukan melalui terapi yang sifatnya direktif  (memimpin) dan suportif (memberikan dukungan dan semangat). Persuasi (ajakan) dengan cara diberi nasehat sederhana sampai pada hypnosis (keadaan seperti tidur karena sugesti) digunakan untuk menolong orang bertindak dengan cara yang tepat.
b.       Mengurangi tekanan emosi melalui kesempatan untuk mengekspresikan perasaan yang mendalam.
Fokus disini adalah adanya katarsis (penyucian diri yang membawa pembaruan rohani dan pelepasan dari ketegangan).
c.       Membantu klien mengembangkan potensinya.
Klien diharapkan dpt. Mengembangkan potensinya. Ia akan mampu melepaskan diri dari fiksasi (perasaan terikat atau terpusat pada sesuatu secara berlebihan) yang dialaminya. Klien akan menemukan bahwa dirinya mampu untuk berkembang ke arah yang lebih positif.
d.       Mengubah kebiasaan.
Tugas terapis adalah menyiapkan situasi belajar baru yang dapat digunakan untuk mengganti kebiasaan-kebiasaan yang kurang adaptif.
e.       Mengubah struktur kognitif individu. Menggambarkan tentang dirinya sendiri maupun dunia sekitarnya. Masalah muncul biasanya terjadi kesenjangan antara struktur kognitif individu dengan kenyataan yang dihadapinya. Jadi,  Struktur kognisi (kegiatan atau proses untuk memperoleh pengetahuan) perlu diubah untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
f.        Meningkatkan pengetahuan dan kapasitas untuk mengambil keputusan dengan tepat.
g.       Meningkatkan pengetahuan diri atau insight (pencerahan).
h.       Meningkatkan hubungan antar pribadi.
Terapi kelompok merupakan dapat memberikan kesempatan bagi individu untuk meningkatkan hubungan antar pribadi ini.
i.         Mengubah lingkungan social individu. Terutama terapi yang diperuntukan untuk anak-anak.
j.         Mengubah proses somatic (fisik)  supaya mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kesadaran tubuh.
Latihan fisik dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran individu. Seperti : Relaksasi untuk mengurangi kecemasan, yoga, senam, menari dll.
k.       Mengubah status kesadaran untuk mengembangkan kesadaran, control, dan kreativitas diri.
Psikoterapi didasarkan pada fakta bahwa aspek-aspek mental manusia seperti cara berpikir, proses emosi, persepsi, believe system, kebiasaan dan pola perilaku bisa diubah dengan pendekatan psikologis. Dengan demikian, dapat disimpulkan tujuan psikoterapi antara lain :
a.     Menghapus, mengubah atau mengurangi gejala gangguan psikologis.
b.    Mengatasi pola perilaku yang terganggu.
c.     Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif.
d.    Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar.
e.     Menghilangkan atau mengurangi tekanan emosional.
f.      Mengembangkan potensi klien.
g.     Mengubah kebiasaan menjadi lebih baik.
h.    Memodifikasi struktur kognisi (pola pikiran).
i.      Memperoleh pengetahuan tentang diri / pemahaman diri.
j.      Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial.
k.    Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan.
l.      Membantu penyembuhan penyakit fisik.
m.  Meningkatkan kesadaran diri.
n.    Membangun kemandirian dan ketegaran untuk menghadapi masalah.
o.    Penyesuaian lingkungan sosial demi tercapai perubahan dan masih banyak lagi.

D. Tahap-Tahap Psikoterapi
Setelah mengatahui tujuan Psikoterapi perlu mengetahui tahapan-tahapan dalam Psikoterapi, yaitu :
1.    Wawancara
         Terapis akan mengetahui keluhan atau permasalahan klien. Dalam tahap ini perlu dikemukakan :
·      Aturan-aturan apa saja yang perlu diketahui oleh klien.
·      Apa yang akan dilakukan oleh terapis
·      Apa yang diharapkan klien
·      Adanya persekutuan antara klien dengan terapis untuk melawan masalah yang dihadapi klien.
·      Perlu dibina rapport, yaitu hubungan yang menimbulkan keyakinan dan kepercayaan klien bahwa ia akan dapat ditolong. Tanpa ini klien akan lari sebelum mulai. Terapi tidak akan berjalan seperti yang diharapkan.
·      Perlu dikembangkan komitmen klien untuk menjalankan perannya sebagai klien.
·      Kontrak terapeutik, perlu pula dikemukakan.
·      Persetujuan antara tugas klien dan tugas terapis kapan dan dimana terapi dilakukan dan berapa lama.
·      Kemukakan tujuan yang akan dicapai oleh klien dalam terapi. Apa yang dapat dijanjikan terapis dan apa yang dapat diharapkan oleh klien
·      Untuk menyakinkan klien perlu dikemukakan keberhasilan yang telah dialami terapis untuk kasus-kasus yang sama. Atau dapat dikemukakan hasil penelitian tentang efektivitas pendekatan yang digunakan terapis.
Tugas terapis adalah memberikan perhatian penuh dan mendengarkan dengan seksama apa yang diungkapkan oleh klien. Tugas klien adalah menceritakan semuanya pada terapis. Jangan sampai terbalik bahwa terapis yang banyak bicara dan klien yang mendengarkan. Terapis banyak memberikan nasehat dan klien hanya mendengarkan saja. Kalau sampai terjadi seperti ini berarti bukan merupakan proses psikoterapi tetapi konsultasi.
2.    Proses Terapi
Tahap kedua dari psikoterapi adalah proses terapi. Supaya terjadi komunikasi yang mengalir dengan baik perlu dilakukan hal-hal sbb:
·      Mengkaji pengalaman klien
·      Menggali pengalaman masa lalu
·      Mengkaji hubungan antara terapis dank lien saat ini dan di sini
·      Melakukan pengenalan, jenjelasan, dan pengartian perasaan dan arti-arti pribadi pengalaman klien
3.    Tindakan Psikoterapi
                Tahap ini dilakukan pada saat menjelang terapi berakhir. Hal-hal yang perlu dilakukan terapis dan klien, yaitu :
·      Terapis mengkaji bersama klien tentang apa yang telah dipelajari klien selama terapi berlangsung.
·      Apa yang telah diketahui klien akan diterapkan dalam kehidupannya nanti.
4.    Mengakhiri Terapi
                Terapi dapat diakhiri kalau tujuan telah tercapai. Atau apabila klien tidak melanjutkan terapi. Demikian juga terapis dapat mengakhiri terapi kalau ia tidak dapat lagi menolong kliennya, ia mungkin dirujuk. Klien harus diberitahu beberapa waktu sebelum pengakhiran terapi, hal ini penting karena klien akan menghadapi lingkungannya nanti sendiri tanpa bantuan terapis. Ketergantungannya kepada terapis selama ini sedikit-sedikit harus dihilangkan dengan menumbuhkan kemandirian klien

2.3 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSELING DENGAN PSIKOTERAPI
A. Persamaan Konseling dengan Psikoterapi
1.    Konseling dan Psikoterapi merupakan suatu usaha profesional untuk membantu/memberikan layanan pada individu-individu mengenai permasalahan yang bersifat psikologis.
2.    Konseling dan Psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada klien untuk suatu perubahan tingkah (behauvioral change), kesehatan mental positif (positive mental health), pemecahan masalah (problen solution), keefektifan pribadi (personal effectiveness), dan pembuatan keputusan (decision making).
3.    Konseling dan psikoterapi membantu dan memberikan perubahan, perbaikan kepada klien (yaitu, eksplorasi-diri, pemahaman-diri, dan perubahan tindakan/perilaku) agar klien dapat sehat dan normal dalam menjalani hidup dan kehidupannya.
4.    Konseling dan psikoterapi merupakan bantuan yang diberikan dengan mencoba menghilangkan tingkah laku merusak-diri (self-defeating) pada klien.
5.    Psikoterapi maupun konseling memberikan penekanan pentingnya perkembangan dalam pembuatan keputusan dan ketrampilan dalam pembuatan rencana oleh klien.
6.    Pentingnya saling-hubungan antara klien dan psikoterapis ataupun konselor disepakati sebagai suatu bagian integral dalam proses psikoterapi maupun konseling. Jadi, inti dari konseling dan psikoterapi adalah bantuan kepada klien melalui hubungan yang bersifat positif dan membangun.
7.    Konselor sering mempraktekkan apa yang oleh psikoterapis dipandang sebagai psikoterapi dan psikoterapis sering mempraktekkan apa yang oleh konselor dipandang sebagai konseling.

B. Perbedaan Konseling dengan Psikoterapi
a.     Konseling
1.    Berpusat pandang masa kini dan masa yang akan datang melihat dunia klien.
2.    Klien tidak dianggap sakit mental dan hubungan antara konselor dan klien itu sebagai teman yaitu mereka bersama-sama melakukan usaha untuk tujuan-tujuan tertentu, terutama bagi orang yang ditangani tersebut.
3.    Konselor mempunyai nilai-nilai dan sebagainya, tetapi tidak akan memaksakannya kepada individu yang dibantunya konseling berpusat pada pengubahan tingkah laku, teknik-teknik yag dipakai lebih bersifat manusiawi.
4.    Konseling lebih edukatif, suportif, berorientasi sadar dan berjangka pendek.
5.    Konseling lebih terstruktur dan terarah pada tujuan yang terbatas dan konkret.
b.    Psikoterapi
1.    Berpusat pandang pada masa yang lalu-melihat masa kini individu.
2.    Klien dianggap sebagai orang sakit mental dan ahli psikoterapi (terapis) tidak akan pernah meminta orang yang ditolongnya itu untuk membantu merumuskan tujuan-tujuan,
3.    Terapis berusaha memaksakan nilai-nilai dan sebagainya itu kepada orang yang ditolongnya.
4.    Psikoterapi lebih rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak sadar, dan berjangka panjang.
5.    Psikoterapi sengaja dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah dan berkembang terus.
                Selain itu, banyak ahli yang mengemukakan perbedaan konseling dengan psikoterapi ditinjau dari berbagai aspek, antara lain :
a.       Dilihat dari problem-problemnya, Rosjidan membedakan bahwa konseling menyangkut hal-hal seperti : reality-oriented, situasional, lingkungan, spesifik, non-embeded dan kesadaran. Sedangkan psikoterapi menyangkut interpersonal, mendalam, umum, ganguan kepribadian, embeded dan unconseious. Mowrer membedakan bahwa konseling bertujuan membantu seeorang membebaskan diri dari konflik-konflik yang disadari. Sedangkan psikoterapi menyangkut konflik-konflik unconseious dan kecemasan neurotik.
b.       Dilihat dari proses pencapaiannya, Narayana Rao (dalam Hartosujono, 2004) membedakan bahwa psikoterapi mencapainya dengan cara ‘pembedahan’ psikis dan pembedahan otak. Proses konseling lebih mengarah pada identifikasi dan kekuatan-kekuatan positif yang dimiliki klien, agar klien lebih maksimal dalam kehidupannya.
c.       Corsini (1989), membedakan secara kuantitatif. Perbedaan disini adalah hanya dalam hal jumlah intervensi yang dilakukan saja. Lebih jelas perbedaan persentase waktu yang digunakan antara konselor dan psikoterapis dalam aktivitas profesionalnya sebagaimana tabel berikut :
Proses
Konseling (%)
Psikoterapi (%)
Listening (Mendengarkan)
20
60
Questioning (Menanyakan)
15
10
Evaluating (Mengevaluasi)
5
5
Interpreting (Menginterpretasikan)
1
3
Supporting (Mendukung)
5
10
Explaining (Menjelaskan)
15
5
Informing (Memberitahu)
20
3
Advising (Menyarankan)
10
3
ordering (Menyuruh)
9
1
d.       Dilihat dari tugas pokoknya, Orval H. Mowrer membedakan bahwa konseling memecahkan persoalan hidup kejiwaan yang masih pada tingkat normal, yang disebabkan oleh perasaan frustasi yang disadari oleh klien, sedangkan psikoterapi menyembuhkan perasaan cemas yang bersifat mendalam (neurotic anxiety) yang sumber penyebabnya adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang amat menekan dan tidak disadari oleh klien.
e.       Menurut Mappiare (dalam Hartosujono, 2004) ada sejumlah perbedaan psikoterapi dan konseling dikemukakan sebagai berikut :
·      Konseling merupakan bagian dari psikoterapi. Psikoterapi merupakan bagian yang lebih luas dari pada konseling.
·      Konseling lebih mengarah pada penyebab atau awal masalah. Selanjutnya konseling lebih mengarah pada pengembangan-pendidikan-pencegahan. Berbeda dengan psikoterapi yang mengarah penyembuhan-penyesuaian-penyembuhan.
·      Dasar konseling adalah filsafat manusia. Dasar dari psikoterapi adalah perbedaan individual dengan dasar-dasar psikologi kepribadian dan psikopatologi. Pada perkembangan selanjutnya konseling juga memanfaatkan perkembangan teori-teori kepribadian dalam konteks ilmu perilaku.
f.        Brammer & Shostrom (1977) mengemukakan bahwa konseling ditandai dengan adanya terminologi seperti “educational, vocational, supportive, situational, problem solving, conscious awareness, normal, present-time dan short-time”. Sedangkan psikoterapi ditandai dengan “supportive (dalam keadaan krisis), reconstructive, depth emphasis, analytical, focus on the past, neurotic and other severe emotional problem and long-term”.
g.       Pallone (1977) dan Patterson (1973) menyimpulkan perbedaan konseling dan psikoterapi yang dikutip oleh Thompson dan Rudolph (1983), sebagai berikut :
KONSELING
PSIKOTERAPI
1.    Klien
1.    Pasien
2.    Gangguan yang kurang serius
2.    Gangguan yang serius
3.    Masalah: Jabatan, Pendidikan, dsb
3.    Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
4.    Berhubungan dengan pencegahan
4.    Berhubungan dengan penyembuhan
5.    Lingkungan pendidikan dan non medis
5.    Lingkungan medis
6.    Berhubungan dengan kesadaran
6.    Berhubungan dengan ketidaksadaran
7.    Metode Pencegahan/preventif
7.    Metode penyembuhan/kuratif
Jangka Pendek
Jangka Panjang

Dari berbagai perbedaan dilihat dari berbagai aspek-aspeknya antara konseling dan psikoterapi, maka lebih jelasnya dapat disimpulkan sebagaimana tabel berikut :
Perbedaan
Konseling
Psikoterapi
Jenis Bantuan
Bantuan non material (bantuan psikologis).
Bantuan psikis.
Pihak yang terlibat
1. Konselor.
2. Konseli.
1. Para ahli kejiwaan.
2. Individu yang mengalami gangguan kejiwaan (kesehatan mentalnya terganggu).
Tujuan
1. Pemahaman diri.
2. Penerimaan diri.
3. Pengelolaan diri.
4. Mengoptimalkan potensi dan kemampuan konseli.
5. Pemecahan masalah.
6. Aktualisasi diri.
7. Mengubah KES T (Kehidupan Efektif Sehari-hari Terganggu) menjadi KES (Kehidupan Efektif Sehari-hari).
Menyembuhkan atau menghilangkan gangguan kejiwaan yang diderita oleh pasien.
Proses
1. Wawancara konseling sebagai alat utama.
2. Berkelanjutan.
3. Normatif.
1. Menggunakan obat penenang.
2. Berkelanjutan hingga gangguan kejiwaan hilang.
Tahapan
1. Membina hubungan baik (rapport).
2. Explorasi masalah.
3. Merumuskan tujuan.
4. Merencanakan bantuan.
5. Evaluasi, tindak lanjut.
Mengikuti tahapan dokter spesialis gangguan kejiwaan.
Hasil (output)
1. Individu yang mandiri.
2. Mencapai KES (Kehidupan Efektif Sehari-hari).
3. Terpecahkannya suatu masalah yang dihadapi individu.
Gangguan kejiwaan yang diderita oleh pasien hilang (sembuh).



BAB III
PENUTUP

    3.1 SIMPULAN 
                Pada hakekatnya antara konseling dan psikoterapi memiliki pengertian yang sama, yaitu memberikan bantuan kepada seseorang agar timbul perubahan pada diri individu tersebut ke arah yang positif, keduanya saling berkaitan dalam proses pemberian bantuan. Dengan kata lain Konseling dan Psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada klien untuk suatu perubahan tingkah (behavioral change), kesehatan mental positif (positive mental health), pemecahan masalah (problen solution), keefektifan pribadi (personal effectiveness), dan pembuatan keputusan (decision making).
                Sedangkan jika dilihat dari pelaksanaannya, baik konseling maupun psikoterapi, menggunakan landasan teori dari beberapa landasan filosofis tentang perilaku. Namun, psikoterapi membutuhkan langkah-langkah yang lebih spesifik jika dibandingkan dengan konseling. Sementara jika dilihat dari landasan operasionalnya, konseling lebih didasarkan pada permasalahan-permasalahan pandangan hidup, permasalahan penyesuaian diri, lebih pada pelaksanaan bimbingan dan arahan melalui penanaman pengertian tentang falsafah hidup, pendidikan dan pemahaman lingkungan. Sedangkan psikoterapi didasarkan pada aspek-aspek psikopatologi, penyakit-penyakit kejiwaan yang lebih spesifik, dan membutuhkan langkah-langkah "pembedahan-jiwa" secara lebih spesifik. Konseling menyangkut permasalahan kejiwaan umum yang cenderung bersifat preventif, sedangkan psikoterapi sudah menyangkut permasalahan kejiwaan yang spesifik dan cenderung bersifat kuratif.

3.2 SARAN
                Hendaknya para praktisi konseling maupun psikoterapi lebih jeli dalam membedakan antara ranah konseling dan psikoterapi sehingga tidak terjadi kekacauan dalam menentukan penanganan masalah individu. Dengan menelaah terlebih dahulu intensitas masalah klien, hendaknya konselor dan terapis lebih tepat dalam mengambil tindakan untuk individu yang mengalami masalah. Ada baiknya dalam menangani masalah individu terlebih dulu menggunakan konseling, jika masalah-masalah individu tersebut tidak mampu terpecahkan, maka dapat dialihtangankan pada proses psikoterapi.



DAFTAR PUSTAKA


Nashruddin Hilmi, M.Pd.I.. 2012. Pengertian Bimbingan Psikologi; Bimbingan, Konseling dan                Psikoterapi. http://nashruddinhilmi.blogspot.com/2012/01/pengertian-bimbingan-          psikologi.html. 30 November 2013.

Karunia Tri Utami. 2013. Perbedaan Psikologi konseling dengan Psikoterapi. http://karunia-                triutami.blogspot.com/2013/04/perbedaan-psikologi-konseling-dengan.html. 30       November 2013.

Sani. 2012. Perbedaan Bimbingan, Konseling, dan Psikoterapi. http://counseling4human.                blogspot.com/2012/07/perbedaan-bimbingan-konseling-dan.html. 30 November      2013.

Aprilia Maharani. 2013. Perbedaan Psikoterapi dengan Konseling. http://cikucikulucu                .blogspot.com/2013/05/perbedaan-psikoterapi-dengan-konseling.html. 30    November 2013.

Meita. 2013. Perbedaan antara Konseling dengan Psikoterapi. http://meitadwi.blogspot         .com/2013/03/perbedaan-antara-konseling-dengan.html. 30 November 2013.

Puspa Ken Nisa. 2013. Perbedaan Konseling dan Psikoterapi . http://keensdiary.blogspot        .com/2013/03/perbedaan-konseling-dan-psikoterapi.html. 30 November 2013.

Putri April. 2013. Perbedaan Konseling dan Psikoterapi. http://putriapril.wordpress.com/     2013/05/07/perbedaan-konseling-dan-psikoterapi/. 30 November 2013.

Yesi Mariati. 2013. Perbedaan Konseling dan Psikoterapi. http://yesimariati.blogspot.com     /2013/04/persamaan-dan-perbedaan-konseling-dan.html. 30 November 2013.

Akhmad Harum. __________. Konseling,Definisi Konseling,Konseling dan Psikoterapi dan Profesi                 yang Berkaitan.http://bukunnq.wordpress.com/konselingdefinisi-konseling konseling-dan-psikoterapi-dan-profesi-yang-berkaitan/. 30 November 2013.

 

__________. 2009. Pengertian, Objek, Persamaan dan Perbedaan Konseling dan Psikoterapi
                http://makalahkitasemua.blogspot.com/2009/10/pengertian-objek-persamaan-       dan.html. 30 November 2013.

__________. 2011. Teknik-Teknik Dalam Konseling Dan Psikoterapi. http://tanjungbunut                .blogspot.com/2011/05/teknik-teknik-dalam-konseling-dan.html. 30 November        2013.

Putra Yudha. 2013. Konseling dan Psikoterapi : Pengertian konseling. http://                purnamayudhaputra7.blogspot.com/2013/11/konseling-dan-psikoterapi-     pengertian.html. 30 November 2013.